PELATIHAN, KURSUS, DAN KONSULTASI

LEMBAGA STUDI UMAT NURUL IMAN (eL-SUNI), YOGYAKARTA
"Mantapkan Iman dengan Ilmu Pengetahuan"

Alamat: Jl. Besi-jangkang, KM 3,5, Belakang Puskesmas Ngemplak 2, Banglen, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, di Samping Penjahit Sri Rejeki (a.n. Muhammad Rais Ramli, M.S.I., M.S.I. Telp./WA/Telegram: 0815-7885-6972; PIN BB: D02A5AB9; E-Mail: Mrais17@yahoo.com; YM: Mrais17).

PELATIHAN & KURSUS
* PELATIHAN TATA CARA SHOLAT LENGKAP
(Thaharoh [Ugensi Thoharoh, Macam-macam Najis dan Cara Membersihkannya, Zat/benda yang digunakan untuk Thoharoh, Adab Buang hajat, Sunnah-sunnah Fitroh, Wudhu, Mengusap Khuf, Mandi, Tayammum, Fiqh Haid, Nifas, dan Istihadhoh] Gerakan Sholat, Bacaan Sholat, Makna & Rahasia Kandungan Sholat).

* PELATIHAN PERAWATAN JENAZAH LENGKAP
(Merawat Orang Sakit, Sakaratul Maut, Memandikan, Mengkafani, Men-sholatkan, Menguburkan, Takziah, Siksa Kubur, dan Amaliyah yang bermanfaat bagi jenazah yang disepakati ulama).

* PELATIHAN RETORIKA DAKWAH (TEKNIK PIDATO/ CERAMAH & KHUTBAH).
(Fiqh Dakwah, Fiqh Khutbah Jumat, dan Retorika).

* KURSUS BAHASA ARAB
(Nahwu, Shorof, Tashrif, Kajian Bahasa Arab al-Quran [KaBAr-Qu] Muhadatsah Fushah [Percakapan Bahasa Arab Standar], dan Terjemah Arab-Indonesia)

* KURSUS TARJAMAH AL-QUR'AN PER KATA

* PELATIHAN SEHARI (ONE DAY TRAINING) METODE MUDAH MENGUASAI KOSA KATA AL-QURAN (DENGAN TARGET MENGUASAI 50% AL-QURAN).

* KURSUS ULUMUL QUR'AN
* KURSUS ULUMUL HADIS
* KURSUS USHUL FIQH
* KURSUS FIQH ZAKAT
* KURSUS FIQH PUASA
* KURSUS FIQH MU'AMALAH
* KURSUS FIQH EKONOMI ISLAM

* MENYALURKAN WAKAF KAMUS SAKU AL-QURAN UNTUK PERPUSTAKAAN PONDOK PESANTREN, MADRASAH, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN LAINNYA YANG MEMBUTUHKAN. BAGI PARA DERMAWAN YANG INGIN MENJADI SPONSOR WAKAF KAMUS AL-QURAN, DAPAT MENGHUBUNGI PENULIS PADA CONTACT DI ATAS.

*eL-SUNI menerima infak atau sponsorship untuk Dakwah dan Bakti Sosial di Desa-desa terpencil untuk wilayah Propinsi D.I. Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah. Untuk setiap Dakwah dan Bakti sosial dilakukan selama 3 hari, 2 malam. Adapun kegiatan-kegiatan dakwah dan bakti sosial di desa-desa terpencil selama 3 hari dan 2 malam tersebut adalah
= Bazar Sembako Murah
= Pembagian Pakaian Layak Pakai
= Penyuluhan Pertanian/Perkebunan (menyesuaikan kondisi desa sasaran dakwah dan bakti sosial)
= Pengajian Akbar (target minimal 300 peserta)
= Pelatihan perawatan jezanah (target 100 peserta)
= Pelatihan tatacara cara thaharah dan tatacara shalat (target 100 peserta)
= Pelatihan Metode Mudah Menguasai Kosa Kata al-Quran
= Pelatihan guru Taman Kanak-kanak al-Quran dan Taman Pendidika al-Quran (target 50 peserta)
= Lomba-lomba untuk taman kanak-kanak al-Qur'an dan Taman Pendidikan al-Quran (target 100 peserta)
= dan berbagai kegiatan-kegiatan lain sesuai usulan warga sasaran kegiatan dan usulan donatur dan sporsorship.

NB= Banyaknya kegiatan dalam sekali kegiatan dakwah dan bakti sosial disesuaikan dengan dana yang tersedia.

* Dalam melaksanakan kegiatan dakwah dan bakti sosial, eL-SUNI bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain sesuai dengan kebutuhan.

* Dana kegiatan dapat disalurkan ke nomor rekening,
0220830510, Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta, a.n. Muhammad Rais

KONSULTASI SKRIPSI & TESIS UNTUK SEMUA ILMU SOSIAL DAN ILMU AGAMA ISLAM

Kamis, 16 September 2010

TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH




MENGINGAT KEMATIAN
كُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ
"Setiap jiwa pasti akan merasakan mati"
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثِرُوْا هَذِهِ اللّذَّاتِ
"Berkata Nabi saw, perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yaitu maut)"
HUKUM-HUKUM SEPUTAR ORANG YANG SAKIT
v  Orang yang sakit wajib menerima ketentuan Allah SWT dan bersabar terhadap takdirnya serta berbaik sangka kepada rabbnya karena itu lebih baik baginya (HR. Muslim, al-Baihaqi; Ahkamul Janaiz: 11)
v  Sepantasnyalah dia berada di antara rasa takut dan harap, takut akan siksa Allah atas dosa-dosanya dan mengharapkan Rahmat Allah SWT. (HR. Tirmizi; Ahkamul Janaiz: 11)
v  Bagaimanapun parah sakitnya maka tidak boleh mengharap kematian, jika dia terpaksa maka hendaklah mengucapkan do'a
اللَّهُمّّ أَحْيِيْنِى مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي, وَتَوَفَّنِيْ إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِيْ
"Ya Allah! Hidupkanlah aku jika memang baik bagiku dan matikanlah aku jika memang baik bagiku. (HR. Bukhari-Muslim)
v  Jika dia memiliki tanggungan-tanggungan maka hendaknya dia segera menunaikan kepada pemilik-pemiliknya. (HR. Bukhari; al-Baihaqi).
v  Jika tidak mampu, maka hendaknya mewasiatkan hal tersebut kepada orang lain (HR. Bukhari).
SEBELUM KEMATIAN
v  Jika sakaratul maut mendatangi seseorang, maka orang-orang yang ada di sisinya wajib melakukan hal-hal berikut:
1. Hendaknya mereka mengajari syahadat لَاإلَهَ إلَّا اللهُ (mentalqinkannya). Sebagaimana sabda Nabi SAW,
لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لَاإلَهَ إِلَّا اللهُ
"Tuntunlah (talkinkanlah) orang yang hendak meninggal di antara kamu "la ilaha illallah" (HR. Muslim).
Hal ini dilakukan agar orang tersebut mengakhiri hidupnya di dunia ini dengan kalimat "la ilaha illallah"
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَاإِلَهَ إِلَّااللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
"Barangsiapa yang akhir perkataannya 'la ilaha illallah', dia masuk surga. (HR. Abu Dawud, Shahih Abu Dawud: 2673).
2. Hendaknya mendo'akan kebaikan untuknya dan tidak berkata-kata di dekatnya kecuali kebaikan (HR. Muslim; al-Baihaqi).
Adapun membacakan Surat Yasin dan menghadapkan wajah orang yang akan meninggal ke arah kiblat, maka hadisnya tidak shahih dan tidak boleh diamalkan (Ahkamul Janaiz: 20).
v  Seorang muslim tidak mengapa menghadiri akan matinya orang kafir untuk menawarkan Islam kepadanya dengan harapan dia akan masuk Islam di akhir hidupnya. Sebagaimana Hadis "Rasulullah SAW pernah menjenguk seorang anak Yahudi yang akan meninggal kemudian beliau SAW menawarkan Islam kepadanya dan akhirnya anak tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari).
SAAT SETELAH KEMATIAN
v  Jika seseorang telah meninggal dan ruh telah keluar, maka orang-orang yang hadir wajib melakukan hal-hal berikut:
1. Memejamkan kedua mata jenazah (HR. Muslim).
إِنَّ الرُّوْحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ
"Sesungguhnya jika ruh itu telah dicabut, maka pandangan akan mengikutinya. (HR. Muslim).
2. Mendo'akan kebaikan untuknya (HR. Muslim).
3. Menutupi seluruh tubuhnya dengan kain. (HR. Buikhari Muslim). Bagi orang yang melakukan ihram, maka kepala dan wajahnya tidak ditutupi. (HR. Bukhari Muslim).
4. Bersegera mengurus dan mengeluarkannya untuk segera dikuburkan. (HR. Bukhari Muslim).
5. Menguburkannya di daerah tempat dia meninggal. (HR. Ahmad; Ahkamul Janaiz: 25).
*Tidak boleh memindahlannya ke tempat lain karena bertentangan dengan perintah menyegerakan pengurusan jenazah. (Ahkamul Janaiz: 24)
6. Hendaklah sebagian mereka (yang masih hidup) membayarkan utang-utangnya yang diambil dari hartanya, walaupun menghabiskan seluruhnya. (HR. Ahmad Ibnu Majah).
*Jika dia tidak mampu, maka negara yang membayar utang-utangnya (Ahkamul Janaiz: 25).
*Orang-orang yang hadir juga boleh menanggung utang-utangnya, sebagaimana Sahabat Abu Qatadah pernah menanggung utang sahabat lain yang telah meninggal (HR. Hakim, Baihaqi; Ahkamul Janaiz: 27).
YANG BOLEH DILAKUKAN OLEH KERABAT DAN PELAYAT.
1. Boleh  membuka wajah mayat dan menciumnya serta boleh menangisinya tanpa meratap (HR. Bukhari).
*Menangisi mayat hanya boleh 3 hari, tidak boleh lebih (HR. Abu Dawud, Nasai; Shahih Sunan Nasai 3/329).
v  Ketika kabar kematian sampai kepada karib kerabat, mereka wajib melakukan dua hal:
1. Wajib bersabar menerima takdir dan ketentuan Allah SWT. (Q.S. al-Baqarah: 155-156).
*Sabar itu hanyalah pada hentakan yang pertama, Rasulullah bersabda,
إِنَّ الصَّبْرَ عِنْدَ أَوَّلِ الصَّدَمَةِ
"sesungguhnya kesabaran itu pada hentakan (goncangan) yang pertama (HR. Bukhari Muslim).
Maksudnya, sabar yang diganjar pahala adalah adanya keteguhan hati ketika ada hal-hal yang menyebabkannya datang dan inilah sabar yang terpuji yaitu sabar yang langsung mengiri datangnya musibah. (Fathul Baari, Kitabul Janaiz, bab Ziarah Kubur).
*Seorang wanita yang ditinggal mati dua (atau lebih) anaknya dan ia bersabar, maka hal itu akan melindunginya dari api neraka. (HR. Bukhari Muslim).
2. Istirja', yaitu mengucapkan إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ  (Q.S. al-Baqarah: 156) Kemudian disunnahkan untuk membaca do'a,
اَللَّهُمَّ اجرْنِي فِي مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
"Ya Allah! Berikanlah aku pahala atas musibah ini dan gantilah dengan yang lebih baik bagiku (HR. Muslim).
*Do'a ini pernah dibaca oleh Ummu Salamah r.a. tatakala suaminya (Abu Salamah wafat, kemudian Allah ta'ala mengabulkan do'anya dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai suami beliau. (HR. Muslim).
YANG HARAM DILAKUKAN PADA SAAT KEMATIAN
1. Meratap (niyahah), yaitu lebih dari sekedar menangis seperti berteriak-teriak, menampar wajah, merobek pakaian dan yang lainnya.
اَلنَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ القِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانِ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
"Wanita yang meratap, jika tidak bertobat sebelum kematiannya, akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan memakai pakaian dari cairan ter[3] dan gaun dari kudis (HR Muslim).
*Termauk niyahah adalah menyebut-nyebut jasa-jasa kebaikan mayat dengan penuh kesedihan dan penyesalan. (Syarh Masail Jahiliyah: 243-Masalah 90).
*Denimian pula menampar-nampar pipi dan merobek-robek baju (HR. Bukhari Muslim).
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُوْدَ, وَشَقَّ الْجُيُوْبَ, وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ.
"Bukan dari kami yang menampar-nampar pipi, merobek-robek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyah (HR. Bukhari dan Musli).
2. Mengurai rambut, yaitu mengacak-acak rambut dan membentangkannya (HR. Abu Dawud:: Ahkamul janaiz: 43).
*Demikian pula mencukur rambut karena musibah (HR. Bukhari Muslim).
فَإِنَّ رَسُوْلَ اللهِ بَرِىْءٌ مِنَ الصَّالِقَةِ وَ الْحَالِقَةِ وَ الشَّاقَّةِ
"Sesungguhnya Rasulullah SAW berlepas diri dari ash-shaliqah, al-haliqah, dan asy-syaqqah (HR. Bukhari Muslim).
*Ash-Shaliqah: wanita yang menangis menjerit-jerit.
*Al-Haliqah: wanita yang mencukur rambut karena musibah.
*Asy-Syaqqah: wanita yang merobek-robek bajunya (al-Wajiz: 162).
*Adapun meminta orang-orang untuk mengirimkan bacaan al-Fatihah kepada si mayat, maka hal ini merupakan perkara bid'ah atau sesuatu yang baru dalam Islam dan hal ini dilarang karena tidak ada contohnya dari Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
MEMBERITAKAN KEMATIAN
v  Boleh memberitakan kematian jika tidak menyerupai pemberitaan ala jahiliyah. Terkadang hukumnya wajib jika tidak ada di dekatnya orang-orang yang melaksanakan hak mayat berupa memandikan, mengkafani, men-shalat-kan, dan semacamnya (Ahkamul Janaiz: 45).
v  Orang yang memberitakan kematian, boleh meminta orang-orang untuk memintakan ampun bagi mayat. (HR. Ahmad).
TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH
1. Mengucapkan syahadat ketika akan mati. (HR. Hakim, Ahmad, Ibnu Majah).
2. Meninggal dengan keringat di dahi. (HR. Ahmad, an-Nasa'i, Hakim).
3. Meninggal pada malam Jum'at atau siangnya. (HR. Ahmad dan Tirmizi).
4. Meninggal dalam keadaan syahid atau terbunuh di medang jihad (perang). (HR. Ahmad dan Tirmizi).
5. Meninggal di jalan Allah SWT. (HR. Muslim dan Ahmad).
6. Meninggal karena penyakit radang selaput dada. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
7. Meninggal karena wabah penyakit tha'un. (HR. Bukhari dan Ahmad).
8. Meninggal karena sakit perut. (HR. Muslim dan Ahmad).
9. Meninggal karena tenggelam. (HR. Bukhari Muslim).
10. Meninggal karena keruntuhan. (HR. Bukhari Muslim).
11. Kematian wanita dalam kehamilannya dengan sebab anaknya. (HR. Ahmad dan ad-Darimi).
12. Meninggal karena penyakit TBC. (HR. Thabarani).
13. Meninggal dalam membela agama atau membela diri (nyawa). (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
14. Meninggal dalam membela harta yang akan dirampas. (HR. Bukhari dan Muslim).
15. Meninggal dalam keadaan berjaga di jalan Allah SWT. (HR. Muslim dan an-Nasa'i).
16. Meninggal tatkala beramal sholeh. (HR. Ahmad).
17. Meninggal karena terbakar. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan an-Nasa'i).
v  Pujian kebaikan terhadap mayat dari kalangan kaum muslimin, paling sedikit 2 orang di antara tetangganya dari kalangan orang shaleh dan berilmu, akan menyebabkan surga baginya. (Ahkamul Janaiz: 60).
v  Dari Anas bin Malik, pada suatu ketika lewatlah jenazah seorang muslim di depan para sahabat lalu mereka memuji sambil menyebut kebaikan-kebaikannya. Lantas Rasulullah SAW bersabda, "wajib", kemudian  lewat jenazah yang lain, maka para sahabat mencelanya dengan menyebut keburukan-keburukannya. Lantas Rasulullah SAW bersabda, "wajib". Kemudian Umar bin Khattab mengatakan, "Ya Rasulallah! Apa maksudnya 'wajib'? Lalu beliaupun bersabda,
هذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا فَوَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ وَهذَا أَثِنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ, وَأَنْتُمْ شُهَدَاء الله أَرْضِهِ.
"Jenazah pertama yang kalian sebut kebaikannya, maka baginya surga dan jenazah kedua yang kalian sebut keburukannya, maka baginya neraka. Kalian adalah saksi Allah di muka. (HR. Bukhari Muslim).
v  Jika kematian seseorang bersamaan dengan gerhana matahari dan bulan, hal itu TIDAK menunjukkan keagungan orang yang mati. Hal tersebut termasuk khurafat jahiliyah yang batil. (Ahkamul Janaiz: 63).
MEMANDIKAN JENAZAH
v  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memandikan jenazah (disarikan dari Ahkamul Janaiz: 64-75).
1. Memulai dari sebelah kanan dan tempat-tempat wudhu. (Ahkamul Janaiz: 65). Rasulullah SAW bersabda,
اِبْدَأْنَ بِمَيَامِنِهَا وَمَوَاضِعِ الْوُضُوْءِ مِنْهَا
"Mulailah dari bagian-bagian sebelah kanannya dan anggota-anggota badan yang biasa dibasuh apabila berwudhu. (HR. Bukhari Muslim).
2. Memandikannya 3x atau lebih sesuai dengan yang diperlukan dan dengan bilangan yang ganjil (Ahkamul Janaiz: 64).
اِغْسِلْهَا ثَلَاثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ أَكْثَرُ مِنْ ذّلِكَ, إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَالِكَ
"Mandikanlah 3x, 5x, 7x, atau lebih, jika kalian memandang perlu. (HR. Bukhari Muslim).
3. Sebagian air (pemandian) dicampurkan dengan daun sadr (bidara) atau yang bisa menggantikan dalam membersihkan (Ahkamul Janaiz: 64).
*Sabun atau shampo dapat digunakan sebagai pengganti daun sidr.
بِمَاءٍ وَسِدْرٍ
"(mandikanlah) dengan air dan (dicampur) daun bidara. (HR. Bukhari Muslim).
4. Pintalan rambut dibuka (untuk dicuci dengan baik) (HR. Bukhari Muslim).
5. Menyisir rambut. (HR. Bukhari Muslim).
6. Rambut wanita dipintal menjadi 3 dan ditaruh di belakang (kepalanya). (HR. Bukhari Muslim; Ahkamul Janaiz: 65)
7. Memandikan dengan secarik kain, atau semacamnya (seperti kaos tangan, lap, atau semisalnya, di bawah kain penutup badannya setelah pakaiannya dilepaskan. (HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 66). Untuk laki-laki kain penutup mulai dari pusar sampai bagian lutut. Adapun wanita menutup dada sampai lutut. Jika suami memandikan istri atau istri memandikan suami, maka tidak perlu menggunakan kain penutup karena tidak ada batasan aurat bagi mereka berdua.
8. Akhir pemandian dicampur dengan sesuatu yang wangi seperrti kamfer (kapur barus), dan ini yang terbaik. (Ahkamul Janaiz: 65).
وَجْعَلْنَ فِى الْآخِرَةِ كَافُوْرًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُوْرٍ
"Dan jadikanlah siraman terakhir dengan air yang dicampur kapur barus atau secukupnya dari kapur barus. (HR. Bukhari Muslim). Kecuali orang yang meninggal kletika ihram, maka tidak boleh diberi wewangian. (HR. Bukhari Muslim; Ahkamul Janaiz: 66).
9. Laki-laki dimandikan oleh laki-laki dan wanita dimandikan oleh wanita (Ahkamul Janaiz: 65). Terkecuali suami istri, keduanya boleh saling memandikan karena tidak ada dalil yang melarangnya, bahkan hal tersebut dijelaskan dalam Sunnah Rasulullah SAW. (Ahkamul Janaiz: 67).
10. Yang memandikan hendaknya yang paling tahu tentang sunnah memandikan, apalagi dari keluarga atau kerabatnya. (Ahkamul Janaiz: 68).
11. Orang yang memandikan akan mendapatkan pahala yang besar dengan 2 syarat:
1. Dia menutupi cacat (mayat) dan tidak menceritakan perkara yang dibencinya yang dia lihat tatkala memandikan mayat. (HR. Hakim dan Baihaqi).
مَنْ غَسَلَ مُسْلِمًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ غَفَرَ لَهُ اللهُ أَرْبَعِيْنَ مَرَّةً.
"Barangsiapa yang memandikan jenazah seorang muslim lalu ia merahasiakan apa yang dilihatnya niscaya Allah akan mengampuninya sebanyak 40 x. (HR. Hakim, Baihaqi; Ahkamul Janaiz: 69).
2. Hal itu dia lakukan ikhlas karena Allah Ta'ala, tidak mencari balasan dan terima kasih, atau perkara-perkara duniawi lainnya. (Ahkamul Janaiz: 64).
12. Bagi orang yang memandikan mayat disunnahkan (tidak wajib) untuk mandi. (HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 71).
13. Tidak disyariatkan memandikan orang yang mati syahid. (HR. Bukhari).
v  Kaum laki-laki atau wanita boleh memandikan anak laki-laki ataupun perempuan yang berusia 7 tahun sebab tidak ada batasan aurat bagi mereka. (Shalat Jenazah, Syaikh al-Jibrin: 12).
v  Bila seorang laki-laki wafat di antara kaum wanita (tanpa ada seorang lelaki muslim bersama mereka atau sebaliknya, jika seorang wanita wafat di antara kaum pria, maka jenazahnya tidak perlu dimandikan, cukup ditayammumkan. (Shalat Jenazah, Syaikh al-Jibrin: 12-13).
v  Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, maka jenazahnya dimandikan, dishalatkan, dan diberi nama baginya. (Shalat Jenazah, Syaikh al-Jibrin: 24).
v  Kala usia 4 bulan (120 hari) dalam kandungan ibunya, maka ruh manusia akan ditiupkan. Adapun sebelum 4 bulan, maka ia hanyalah sekerat daging, boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan. (HR. Shalat Jenazah, Syaikh al-Jibrin: 25-26).
v  Jika terdapat halangan untuk memandikan jenazah misalnya tidak ada air atau kondisi yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukup ditayammumkan saja. (Shalat Jenazah, Syaikh al-Jibrin: 26).
MENGKAFANI MAYAT
v  Uang kafan diambil dari harta mayat walaupun menghabiskannya. (HR. Bukhari Muslim; Ahkamul Janaiz: 86).
v  Sebaiknya kafan itu menutupi seluruh badannya. (HR. Muslim; Ahkamul Janaiz: 88).
v  Jika tidak mudah mendapatkan kafan yang menutupi seluruh badannya, maka kepala dan badannya yang panjang ditutupi dengan kafan dan badannya yang masih terbuka  ditutup dengan idzkhir (sejenis rumput yang harum baunya) atau rumput jerami yang lainnya. (HR. Bukhari Muslim); Ahkamul Janaiz: 78).
1. disukai kain kafan berwarna putih. (Ahkamul Janaiz: 82).
اِلْبَسُوْا مِنْ ثِيَابِكُمْ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا خَيْرُ ثِيَابِكُمْ وَكَفُّوْا فِيْهَا مَوْتَاكُمْ.
"Pakailah pakaian kalian yang putih karena ia sebaik-baik pakaian kalian dan kafanilah (mayat) dengannya. (HR. Abu Dawud, Tirmizi, Ahkamul Janaiz: 82).
2. Hendaknya terdiri dari 3 lapis kain. (HR. Bukhari Muslim; Ahkamul Janaiz: 82).
3. Salah satu dari tiga lapis kain tersebut adalah kain yang bergaris. (HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 83).
إِذَا تُوُفِّيَ أَحَدُكُمْ فَوَجَدَ شَيْئًا فَلْيُكَفِّنْ فِيْ ثَوْبِ حِبَرَةٍ.
"Jika salah seorang dari kalian wafat dan berkemampuan hendaklah ia dikafani dengan kain yang bergaris. (HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 83).
v  Jika tidak memungkinkan, maka tidak mengapa memakai kain putih semua (tanpa kain bergaris).
v  Tidak boleh berlebihan dalam kafan dan melebihkannya di atas lembar karena hal ini menyelisihi kafan Rasulullah SAW dan termasuk menyia-nyiakan harta. (Ahkamul Janaiz: 84).
v  Kafan wanita sama dengan kafan laki-laki karena tidak ada dalil shahih yang membedakannya.
v  Berkaitan dengan tata cara mengkafani, baik itu tata cara membungkus jenazah dengan kain kafan ataupun tata cara mengikat kain kafan, maka tidak ada dalil yang mengkhususkan tata cara pelaksanaannya selama seluruh tubuh mayat tertutupi oleh kain kafan dengan baik. Insya Allah itu sudah cukup cukup. Wallahu a'lam.
SHALAT JENAZAH
v  Menyalatkan jenazah kaum muslimin hukumnya fardhu kifayah (Ahkamul Janaiz: 103; al-Wajiz: 166).
v  Dua orang yang boleh diosholatkan akan tetapi hukumnya tidak wajib.
1. Anak kecil yang belum baligh. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW tidak menyalatkan Ibrahim (anak beliau) yang meninggal pada usia 18 bulan. (HR. Ahmad, Abu Dawud).
2. Orang yang mati syahid. Sebagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat tidak menyalatkan para syuhada yang gugur di Perang Uhud. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi).
v  Disyariatkan juga menyalatkan kaum muslimin yang,
1. Terbunuh di dalam had.
2. Durhaka, terjerumus dalam kemaksiatan dan hal-hal yang haram.
3. Berutang dan tidak meninggalkan harta untuk membayar utangnya.
4. Belum dishalatkan padahal sudah dikubur, maka boleh menyalatkan di kuburnya.
5. Meninggal di daerah yang tidak ada kaum muslimin di sana yang menyalatkannya, maka kaum muslimin di tempat lain menyalatkannya dengan shalat ghaib. (Ahkamul Janaiz: 106-115).
v  Haram menyalatkan, memohonkan ampun, memohonkan rahmat untuk orang kafir dan munafik. (Ahkamul Janaiz: 120 dan Q.S. at-Taubah: 54).
v  Berjama'ah dalam shalat jenazah hukumnya WAJIB sebagaimana kewajiban dalam shalat-sha;at wajib. (Ahkamul Janaiz: 205).
v  Jika menyalatkan sendiri-sendiri (tidak berjama'ah), maka kewajiban menyalatkan gugur. Akan tetapi, berdosa karena meninggalkan jama'ah. Wallahu a'lam. (Ahkamul Janaiz: 125).
v  Terjadinya jama'ah paling sedikit 3 orang, jika jama'ah semalin banyak, maka semakin baik. (Ahkamul Janaiz: 126).
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ, فَيَقُوْمُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُوْنَ رَجُلًا لَا يَشْرِكُوْنَ بِاللهِ شَيْئًا إِلَّاشَفَّعَهُمُ اللهُ فِيْهِ.
"Tidaklah seorang muslim meninggal, lalu dishalatkan oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun, melainkan pasti Allah kabulkan syafaat mereka untuknya. (HR. Muslim).
v  Makmun disukai berbaris di belakang imam menjadi 3 shaf atau lebih. (Ahkamul Janaiz: 127).
مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوْتُ فَيُصَلِّى عَلَيْهِ ثَلَاثَةُ صُفُوْفٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ إِلَّا أَوْجَبَ.
"Apabila seorang muslim meninggal, lalu dishalatkan oleh 3 shaf kaum muslimin, maka pasti (Allah kabulkan). (HR. Tirmizi).
v  Jika makmun hanya satu orang laki, maka dia tidak berdiri sejajar dengan imam, tetapi berdiri di belakang imam. (HR. Hakim).
v  Penguasa atau wakilnya lebih berhak menjadi imam shalat jenazah. (Ahkamul Janaiz: 128). Jika tidak ada, maka yang paling banyak bacaan al-Qur'annya. (Ahkamul Janaiz: 131).
v  Jika men-shalat-kan jenazah laki-laki dan wanita, maka mayat laki-laki (walaupun kecil) ditempatkan di dekat imam dan mayat wanita mendekati kiblat. (HR. an-Nasa'i, Baihaqi; Ahkamul Janaiz: 132).
v  Boleh juga men-shalat-kannya sendiri-sendiri dan ini adalah asalnya. (Ahkamul Janaiz: 133).
v  Imam berdiri di belakang kela mayat laki-laki. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi; Ahkamul Janaiz: 139). Dan di tengah (badan) mayat wanita. (HR. Bukhari Muslim).
v  Mengucapkan takbir 4x (inilah pendapat yang paling kuat).
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَكَبَّرَ عَلَيْهَا أَرْبَعًا, وَسَلَّمَ تَسْلِيْمَةً وَاحِدَةً.
"Bahwa nabi SAW men-shalat-kan jenazah, maka beliau bertakbir 4x dan melakukan salm sekali. (HR. Hakim; Ahkamul Janaiz: 163).
v  Boleh juga bertakbir 5x (HR. Muslim), 6x, 7x (HR. Thahawi), atau 9x (HR. Thahawi). (Ahkamul Janaiz: 142-145).
v  Disyariatkan mengangkat kedua tangan hanya pada takbir pertama saja.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ, أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ عَلَى الْجَنَازَةِ فِى أَوَّلِ تَكْبِرَةٍ ثُمَّ لَا تَعُوْدُ.
"Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW mengangkat kedua tangnnya pada takbir pertama dalam shalat jenazah, lalu tidak mengulanginya (pada takbir selanjutnya). (HR. Daruqutni, Ahkamul Janaiz: 167).
v  Boleh juga mengangkat kedua tangan pada setiap takbir sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu 'Umar r.a. (HR. al-Baihaqi dengan sanad yang sahih).
v  Setelah takbir, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkan di dada. (HR. Bukhari).
v  Setelah takbir pertama, membaca al-Fatihah dan surah lain. (HR. Bukhari, Abu Dawud).
v  Boleh juga mengangkat kedua tangan pada setiap takbir sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu 'Umar r.a. (HR. al-Baihaqi dengan sanad yang shahih).
v  Setelah takbir, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkan di dada. (HR. Bukhari).
v  Setelah takbir pertama, membaca al-Fatihah dan surah lain. (HR. Bukhari, Abu Dawud).
قَالَ أَبُوْ طَلْحَةَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بَفَاتِحَةِ الكتَابِ وَسُوْرَةٍ.
"Berkata Abu Thalhah: aku pernah men-shalat-kan jenazah di belakang Ibnu 'Abbas ra. Beliau membaca al-Fatihah dan surat. (HR. Bukhari, Abu Dawud).
v  Bacaan dalam shalat jenazah adalah sirr atau pelan-pelan (tidak dikeraskan). (HR. Nasa'i). Kemudian bertakbir kedua dan membaca shalawat kepada Nabi SAW. (HR. Baihaqi). Kemudian bertakbir yang lainnya dan mengikhlaskan do'a untuk jenazah. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah).
v  Berdo'a dalam shalat jenazah dengan do'a-do'a yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW. Setelah itu, salam 2x ke kanan dan ke kiri. (HR. Baihaqi) Boleh juga mencukupkan hanya satu salam saja. (HR. hakim).
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَكَبَّرَ عَلَيْهَا أَرْبَعًا, وَسَلَّمَ تَسْلِيْمَةً وَاحِدَةً.
"Bahwasanhya Nabi SAW men-shalat-kan jenazah, maka beliau bertakbir 4x dan salam 1x. (HR. Hakim, Ahkamul Janaiz: 163).
v  Salam diucapkan dengan pelan baik imam maupun makmun. (HR. Baihaqi).
v  Tidak boleh shalat jenazah pada waktu-waktu yang terlarang yaitu tatkala matahari terbit, pada tengah hari, dan ketika matahari akan tenggelam.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: ثَلَاثٌ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيْهِنَّ أَوْ نَقْبُرَ فِيْهِنَّ مَوْتَانَا حِيْنَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعُ, وَحِيْنَ يَقُوْمُ قَائِمُ الظَّهِيْرَةِ حَتَّى تَمِيْلَ الشَّمْشُ وَحِيْنَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوْبِ حَتَّى تَغْرُبَ.
"Uqbah bin 'Amir berkata: tiga waktu yang Rasulullah SAW melarang kami untuk shalat atau menguburkan mayat yaitu ketika terbit matahari sampai meninggi, ketika matahari akan terbenam sampai terbenam. (HR. Muslim).

MENGUBURKAN
v  Wajib memikul mayat dan mengikutinya. Hal ini termasuk hak mayat muslim atas kaum muslimin lainnya. (HR. Bukhari Muslim).
v  Mengikuti mayat ada 2 derajat:
1. Mengikutinya di keluarganya sampai men-shalat-kannya.
2.Mengikutinya di keluarganya sampai selesai penguburannya dan inilah yang lebih utama.
مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ وَلَمْ يَتَّبِعْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ فَإِنْ تَبِعَهَا فَلَهُ قِيْرَاطَانِ. قِيْلَ وَمَا الْقِيْرَاطَانِ؟ قَالَ: أَصْغَرُهُمَا مِثْلُ أُحُدٍ.
"Barangsiapa men-shalat-kan jenazah namun tidak mengiringinya, maka baginya pahala (1 satu qirath). Jika ia sampai mengikutinya, baginya dua qirath. Dikatakan, apa itu qirath ya Rasulullah? Qirath itu semisal gunung uhud? (HR. Muslim).
v  Mengikuti jenazah hanya diperuntukkan bagi laki-laki dan bukan untuk wanita, berdasarkan larangan Rasulullah SAW,
قَالَ أُمُّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا. نُهِيْنَا عَنِ اتِّبَاعِ الْجَنَائِزِ وَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا.
"Berkata Ummu 'Athiyah ra.: kami para wanita dilarang mengiringi jenazah. Akan tetapi,  (larangan itu) tidak ditegaskan atas kami. (HR. Bukhari Muslim).
v  Larangan tadi sifatnya berupa larangan tanzih (tidak sampai kepada haram).
v  Jenazah tidak boleh diikuti dengan apa-apa yang menyelisihi syariat seperti menangis dengan keras dan mengikutinya dengan kemenyan (Ahkamul Janaiz: 91) termasuk ucapan-ucapan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam mengiringi jenazah.
لَا تُتَّبَعِ الْجَنَازَةُ بِصَوْتٍ وَلَا نَارٍ.
"Tidak boleh jenazah diiringi dengan suara atau api. (HR. Abu Dawud).
v  Wajib berjalan cepat membawa mayat. Akan tetapi, tidak sampai berlari-lari kecil. (Ahkamul Janaiz: 93).
v  Boleh berjalan di depan mayat, di belakangnya (ini yang lebih utama) atau di sebelah kanannya, atau di sebelah kirinya. (Ahkamul Janaiz: 94-96).
وَاتَّبِعُوْا الْجَنَائِزَ...
"Dan ikutilah jenazah...(al-Wajiz: 73).
v  Boleh berkendaraan ketika kembali dari penguburan dan tidak makruh. (Ahkamul Janaiz: 97).
v  Adapun membawa jenazah dengan kereta atau mobil yang dikhususkan untuk jenazah dan para pelayat mengantarkannya dengan mobil-mobil, maka tidak disyariatkan. (Ahkamul Janaiz: 99-100) kecuali terpaksa. Oleh karena hal itu merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan menghilangkan tujuan mengiringi jenazah dan memikulnya yaitu mengingatkan manusia akan akhirat. Apalagi hal itu akan menyedikitkan orang yang mengiringi jenazah dan mengharapkan pahala dari mengiringi jenazah.
v  Berdiri untuk menghormati jenazah sudah dihapus hukumnya (di-mansukh), maka tidak dilakukan. (Ahkamul Janaiz: 100).
v  Disukai bagi orang yang telah memikul jenazah untuk berwudhu. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).
MENGUBURKAN JENAZAH
v  Wajib mengubur mayat walaupun orang kafir. (Ahkamul Janaiz: 167).
اِذْهَبُوْا فَوَارِهْ...
"Pergilah dan kuburkanlah ia..." (HR. an-Nasa'i, Ahkamul Janaiz: 169).
v  Mayat Muslim tidak boleh dikubur bersama mayat orang kafir dan mayat orang kafir tidak dikubur bersama mayat muslim. (Ahkamul Janaiz: 172). Menurut Sunnah Nabi SAW, mengubur mayat adalah di pekuburan umum. (Ahkamul Janaiz: 173) kecuali para syuhada'. Mereka dikubur di tempat meninggalnya. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 175).
v  Adapun Rasulullah SAW, beliau dikubur di kamarnya (bukan di pekuburan umum), maka ini merupakan kekhususan bagi beliau. (Ahkamul janaiz: 174).
v  Tidak boleh mengubur jenazah pada waktu-waktu yang terlarang yaitu tatkala matahari terbit, pada tengah hari, dan tatkala matahari akan tenggelam. (HR. Muslim). Sebagaimana Rasulullah SAW pernah menguburkan mayat pada waktu malam dengan diterangi lampu. (HR. Tirmidzi, Ahkamul Janaiz: 180).
v  Wajib hukumnya untuk mendalamkan kubur, meluaskannya, dan membaguskan (galiannya).
اِحْفَرُوْا وَأَوْسَعُوْا وَأَحْسِنُوْا...
"Galilah! Luaskanlah! Dan baguskanlah!. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 182).
v  Diperbolehkan dua keadaan dalam kubur yaitu lahad dan syaqq. (Ahkamul Janaiz: 182) Lahad lebih utama. (Ahkamul Janaiz: 182).
وَفْنُوْا الْإثْنَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ فِى الْقَبْرِ وَقَدَّمُوْا أَكْثَرَهُمْ قُرْآنًا.
"Kuburkanlah dua atau tiga orang di satu kubur dan dahulukan yang  paling banyak hafalan Qur'annya. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 182).
v  Yang menurunkan mayat adalah laki-laki  meskipun mayatnya wanita. (Ahkamul Janaiz: 186).
v  Wali-wali jenazah  (keluarga atau kerabat) lebih berhak untuk menurunkan mayat. (Ahkamul Janaiz: 186). Sesuai dengan Q. S. Al-Ahzab: 6).
وَأُوْلُوْا الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِى كِتَابِ اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُهَاجِرِيْنَ.
"Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan nuhajirin.
v  Seorang suami boleh mengurusi sendiri penguburan istrinya. (HR. Ibnu Majah; Ahkamul Janaiz: 67).
v  Diisyaratkan bagi orang yang menurunkan mayat, pada malam sebelumnya dia tidak menggauli istrinya. (HR. Bukhari).
v  Menurut Sunnah Rasulullah SAW, memasukkan jenazah adalah dari kaki kubur.
أَوْصَى الْحَارِثُ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنِ زَيْدٍ, فَصَلَّى عَلَيْهِ ثُمَّ أَدْخَلَهُ الْقَبْرَ مِنْ قِبَلِ رِجْلِى الْقَبْرِ وَقَالَ هَذَا مِنَ السُّنَّةِ.
"Al-Harits mewasiatkan agar ia dishalatkan oleh Abdullah bin Zaid, maka ia pun men-shalat-kannya lalu memasukkannya ke dalam kubur dari arah kaki kubur seraya berkata: ini termasuk sunnah Nabi SAW. (H.R. Abu dawud; Ahkamul Janaiz: 190).
v  Mayat dibaringkan di atas lambung kanannya dan wajahnya dihadapkan ke kiblat. (Ahkamul Janaiz: 193).
v  Orang yang memasukkan mayat ke kubur mengucapkan,
بِسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ.
(HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 193).
بِسْمِ اللهِ وَبِاللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِ اللهِ.
(HR. Hakim; Ahkamul Janaiz: 193).
v  Disunnahkan bagi orang yang menghadiri penguburan untuk menaburkan tanah sebanyak 3x dengan kedua tangannya. Sebagaimana perbuatan Rasulullah SAW pernah men-shalat-kan jenazah, kemudian tatkala selesai penguburannya, beliau menaburkan tanah sebanyak 3x ke kburnya. (HR. Ibnu Majah; Ahkamul Janaiz: 193).
v  Setelah penguburan disunnahkan,
1. Menaikkan kubur dari tanah dengan tinggi satu jengkal, tidak diratakan dengan tanah. (HR. Baihaqi; Ahkamul Janaiz: 195).
2. Memberi tanda berupa batu atau semisalnya agar dapat dikenal. (HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 197).
3. Berdiri di sekitar kubur dan mendo'akan kemantapan bagi mayat dan memohonkan ampunan serta memerintahkan orang-orang untuk melakukan hal serupa. (HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 197).
Rasulullah SAW bersabda,
اِسْتَغْفِرُوْا لِأَخِيْكُمْ وَسَأَلُوْا لَهُ التَّثْبِيْتَ, فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ.
"Mintalah ampun untuk saudara-saudara kalian dan mohonkanlah keteguhan baginya, karena ia sekarang sedang ditanya. (HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 198).
v  Adapun mengucapkan la ilaha illallah atau perkataan lainnya yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW tatkala penguburan, maka hal ini adalah bid'ah.
Ibnu Umar berkata,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةٌ...!!!
"Setiap bid'ah adalah sesat walau dipandang baik oleh manusia...!!!
v  Wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk menjauhi perkara-perkara (bid'ah) yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
v  Selama penguburan boleh duduk-duduk di sekitar kubur dengan maksud untuk mengingat kematian dan apa-apa yang terjadi setelah kematian. (Ahkamul Janaiz: 198).
TAKZIYAH
v  Takziyah artinya menghibur dan menyebarkan.
v  Disyariatkan takziyah kepada keluarga mayat, yaitu dengan mendorongnya untuk bersabar dengan menyebutkan janji pahala kesabaran  serta mendo'akan kebaikan untuk mayat. (Masalah Jenazah: 65).
v  Dalam tazkziyah disyariatkan mengucapkan.
إِنَّ لِلّهِ مَا أَخَذَ, وَلَهُ مَاأَعْطَى, وَكُلُّ شَيْئٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى, فَمُرْهَا فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ.
"Sesungguhnya milik Allahlah apa yang diambil-Nya, juga apa yang diberikan-Nya, dan segala sesuatu di sisi-Nya menurut batas waktu yang ditentukan, perintahkanlah ia untuk bersabar dan mengharap pahala. (HR. Bukhari Muslim).
v  Disyariatkan juga untuk bertakziyah dengan perkataan yang baik yang ditujukan untuk menghibur dan membesarkan hati keluarga mayat selama hal tersebut tidak menyelisihi syariat.
v  Takziyah tidak mesti dilakukan pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Akan tetapi, bisa dilaksanakan kapan dan di mana saja tatkala bertemu dengan  orang yang tertimpa musibah, baik itu di jalan, di tempat umum, maupun di tempat lainnya, selama musibah tersebut masih terasakan olehnya, karena hakikat takziyah itu adalah menghibur dan membesarkan hati orang yang ditimpa musibah.
v  Takziyah tidak dibatasi dengan 3 hari, bahkan kapan saja seseorang  melihat adanya faedah di dalam takziyah tersebut maka hendaklah ia melakukannya. (Masalah Jenazah: 66).
v  Dalam takziyah, hendaklah dijauhi dua perkara, walaupun kebanyakan manusia pada saat  ini banyak melakukannya (Ahkamul Janaiz: 210),
1. Berkumpul-kumpul untuk melakukan takziyah di tempat khusus, seperti di rumah, di pekuburan atau masjid.
2. Keluarga mayat membuatkan makanan untuk menjamu orang-orang yang datang takziyah. Sahabat Jarir bin Abdillah al-Bajali mengatakan,
كُنَّا نَعُدُّ الْإجْتِمَاعَ إِلَى أَهْلِ الْمَيِّتِ وَصَنِيْعَةَ الطَّعَامِ بَعْدَ دَفْنِهِ مِنَ النِّيَاحَةِ...!
"Kami (para sahabat Nabi) menganggap berkumpul-kumpul  ke tempat keluarga mayat dan membuat jamuan setelah penguburan mayat termasuk nihayah (meratap)...! (HR. Ibnu Majah; Ahkamul Janaiz: 210).
v  Yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW adalah kerabat dan tetangga membuatkan makanan yang mengenyangkan bagi keluarga mayat. (Ahkamul Janaiz; 211).
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
اِصْنَعُوْا لِآلِ جَعْفَرَ طَعَامًا, فَقَدْ أَتَاهُمْ أَمْرٌ يَشْغُلُهُمْ أَوْ أَتَاهُمْ مَا يَشْغُلُهُمْ.
"Sediakan makanan bagi keluarga Ja'far karena telah datang pada mereka perkara yang menyibukkan mereka. HR. Abu Dawud; Ahkamul Janaiz: 211).
v  Hal-hal yang bermanfaat bagi mayat ketika meninggalnya,
1. Do'a seorang muslim untuk mayat sebagaimana Q.S. al-Hasyr: 10.
2. Menunaikan puasa nadzarnya (Ahkamul Janaiz: 213).
إِنَّ اُمِّى مَاتَتْ وَعَلَيْهَا نَذْرٌ. فَقَالَ: اِقْضِهِ عَنْهَا.
"Sa'ad bin Ubadah meminta fatwa kepada Rasulullah SAW, Sesungguhnya ibuku meninggal sedang ia punya nadzar (bagaimana)?. Nabi Bersabda, tunaikanlah nadzar ibumu." (HR. Bukhari Muslim).
3. Membayarkan utang mayat oleh siapa saja, baik wali mayat atau selainnya. (Ahkamul Janaiz: 216).
4. Amal-amal shalih yang dilakukan oleh anaknya yang shalih. (Ahkamul Janaiz: 216). Q.S. ar-Rahman: 39-40.
5. Apa yang ditinggalkannya dari hal-hal yang baik dan shodaqoh jariyah. (Ahkamul Janaiz: 223).
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ اْنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ بَنْتَفَعُ بِهِ, أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.
"Jika seorang manusia mati, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali 3 hal, dari shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih yang mendo'akannya. (HR. Muslim).
ZIARAH KUBUR
إِنِّى نَهَيْتُكُمْ  عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ, فَزُوْرُوْاهَا! فَإِنَّ فِيْهَا عِبْرَةً, وَلَا تَقُوْلُوْا مَا يُسْخِطُ الرَّبَّ.
"Aku dulu pernah melarang kalian dari berziarah kubur, tetapi kini berziarahlah! Karena ada pelajaran di dalamnya, tetapi jangan ucapkan apa-apa yang membuat Allah SWT murka. (HR. Hakim, Ahkamul Janaiz: 228).
v  Seperti laki-laki, wanita juga disunnahkan untuk ziarah kubur (Ahkamul Janaiz: 229). Akan tetapi, wanita tidak boleh memperbanyak ziarah kubur dan bolak-balik ke kubur karena hal tersebut dapat membawa kaum wanita kepada penyelisihan syariat. (Ahkamul Janaiz: 235).
v  Boleh menziarahi kubur orang kafir dengan maksud mengambil pelajaran dan nasehat saja. (Ahkamul Janaiz: 235).
v  Maksud ziarah kubur ada 2,
1. Mengambil manfaat dengan mengingat kematian dan orang-orang yang telah mati dan bahwa tempat kembali mereka mungkin ke surga atau ke neraka.
2. Memberi manfat kepada penghuni kubur dan berbaik baik kepadanya dengan mengucapkan salam dan mendo'akannya. (Ahkamul Janaiz: 339).
v  Diperbolehkan mengangkat tangan ketika berdo'a untuk penghuni kubur (Ahkamul Janaiz: 246). Akan tetapi, tidak boleh menghadap ke kubur, tetapi menghadap kiblat ketika berdo'a.
v  Tidak boleh berjalan di antara kubur kaum muslimin dengan memakai sandal. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 252).
v  Jika menziarahi kubur orang kafir, maka tidak boleh mengucapkan salam dan mendo'akan. Akan tetapi, memberitakan dengan neraka. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 251).
v  Tidak disyariatkan meletakkan  tanaman wewangian  atau bungan di atas kubur karena hal itu bukanlah perbuatan salaf. Seandainya hal itu baik, niscaya mereka telah mendahului kita dalam melakukannya. (Ahkamul Janaiz: 259).
PERINGATAN
v  Mendo'akan penghuni kubur sewaktu ziarah kubur adalah dengan memohonkan ampunan serta keselamatan bagi penghuni kubur dan bukan berdo'a atau meminta-minta kepada penghuni kubur karena hal ini adalah syirik besar yang dapat merusak keislaman seseorang. Na'uzu billahi min zalika!
YANG HARAM DILAKUKAN DI KUBURAN
1. Haram menyembelih binatang di kuburan. (Ahkamul Janaiz: 259).
Rasulullah SAW bersabda,
لَا عَقْرَ فِى الْإِسْلَامِ
"Tidak ada penyembelihan (di kuburan). (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 228)
2. Haram mengecat kubur dengan kapur atau yang sejenisnya. (Ahkamul Janaiz: 260).
3. Diharamkan duduk di atas kubur. (Ahkamul Janaiz: 260).
4. Diharamkan membangun di atas kubur. (Ahkamul Janaiz: 260).
5. Meninggikan kubur dengan tanah dari luar. (Ahkamul Janaiz: 260). Lewat dari sejengkal.
6. Diharamkan menulisi kubur. (Ahkamul Janaiz: 260).
Rasulullah SAW bersabda,
نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ, وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ, وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ أَوْ يُزَادُ عَلَيْهِ, أَوْ يُكْتَبَ عَلَيْهِ.
"Rasulullah SAW melarang menembok atau menyemen atau mengapur kubur, duduk di atasnya, membangunnya, menambahnya atau menulisinya. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 260).
*Sebagian ulama membolehkan menulisi sekedar namanya saja, sebagai tanda agar kubur dikenali. (Fatawa Takziyah Syaikh al-Utsaimin).
7. Diharamkan shalat di dekat kubur, baik menghadap kubur ataupun tidak (Ahkamul Janaiz: 269-270).
Rasulullah SAW bersabda,
لَا تُصَلُّوْا إِلَى الْقُبُوْرِ.
"Janganlah kalian shalat menghadap kubur. (HR. Muslim).
اَلْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدٌ إِلَّا الْمَقْبَرَةَ وَالْحَمَّامَ.
"Bumi semua adalah masjid, kecuali kuburan dan kamar mandi" (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 228).
Adapun bagi kaum muslimin yang belum men-shalat-kan jenazah dan dia ingin men-shalat-kannya padahal jenazah sudah dikubur, maka boleh men-shalat-kan di kuburan, sebagaimana hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. (HR. Bukhari Muslim).
8. Haram membangun masjid di atas kuburan. (Ahkamul Janaiz: 275).
لَعَنَ اللهُ الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوْا قُبُوْرَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ.
"Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid. (HR. Bukhari Muslim).
9. Haram menjadikan kuburan sebagai 'ied, yaitu sebagai tempat berkumpul dan didatangi pada waktu-waktu tertentu (untuk beribadah). (Ahkamul Janaiz: 280).
لَا تَتَّخِذُوْا قَبْرِى عِيْدًا
"Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai 'ied. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 280).
10. Diharamkan bersafar (bepergian) menuju kubur. (Ahkamul Janaiz: 280) kecuali ke Masjid al-Haram, Masjid an-Nabawi, dan Masjid al-Aqsha.


PERHATIAN
Bila seseorang berangkat dan mengunjungi Masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat kuburan Nabi SAW dan dua sahabatnya (Abu Bakar dan Umar bin Khattab), maka hendaknya yang menjadi tujuan utama adalah mengunjungi Masjid Nabawi, bukan untuk berziarah ke makam Nabi SAW. (disarikan dari al-Wajiz: 267).
11. Menyalakan lampu di dekat kubur atau menerangi kubur. (Ahkamul Janaiz: 294).
12. Haram memecahkan tulang mayat seorang muslim. (HR. Abu Dawud, Ahkamul Janaiz: 295). Kecuali sebab yang dibenarkan agama.
DAFTAR RUJUKAN
v  Ahkamul Janaiz wa Bida'uha, al-Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, 1412 H.
v  Al-Wajiz fi Fiqhish Sunnah wal Kitabil 'Aziz, asy-Syaikh 'Abdul 'Azhim Badawi hafizahullah.
v  Syarhu Masaail Jahiliyyah, asy-Syaikh Shalih Fauzan hafizahullah.
v  Bimbingan Praktis Penyelenggaraan Jenazah, asy-Syaikh 'Abdurrahman al-Ghaits hafizahullah, at-Tibyan.
v  Shalat Jenazah, asy-Syaikh Abdullah al-Jibrin hafizahullah, at-Tibyan.
v  Ringkasan Hukum-hukum Lengkap Masalah Jenazah, asy-Syaikh 'Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari hafizahullah, Pustaka Imam Bukhari.
v  Fatwa-fatwa Muhammad bin Shalih al-Utsaimin tentang Takziyah, asy-Syaikh Fahd Abdurrahman asy-syamiry hafizahullah, Darul Qalam.
BACAAN DALAM SHALAT JENAZAH
v  Setelah takbir pertama, mengucapkan ta'awudz:
أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَ نَفْثِهِ.
"Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syetan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan tiupannya"
Lalu membaca Basmalah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
"Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
v  Kemudian bertakbir kedua, lalu mengucapkan shalawsat kepada Rasulullah SAW,
اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ, وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ, كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ, إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ, وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ, كِمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ, إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
"Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha Terpuji lagi Maha Agung.
v  Kemudian bertakbir ketiga dan membaca do'a untuk jenazah lalu bertakbir keempat lalu membaca do'a untuk jenazah. Setelah itu salam.
v  Adapun do'a-do'a yang dicontohkan Rasulullah dalam shalat jenazah di antaranya,
v اللهُمَّ اغْفِرْلَهُ, وَارْحَمْهُ, وَعَافِهِ, وَاعْفُ عَنْهُ, وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ, وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ, وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ, وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ, وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ, وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ, وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ, وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ.
"Ya Allah, ampunilah dia, selamatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah jamuannya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah dia dengan air, dengan salju, dan dengan embun. Dan bersihkanlah dia dari dosa-dosa, sebagaimana Engkau membersihkan pakaian yang putih dari kotoran. Dan gantilah dia dengan rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Masukkanlah ia ke dalam surga, serta lindungilah dia dari azab kubur dan azab neraka. (HR. Muslim, Nasa'i, Ibnu Majah; Ahkamul Janaiz: 157).
v اللّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا, وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا, وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا, وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا, اللّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلَامِ, وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِيْمَانِ, اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تُضِلَّنَا بَعْدَهُ.
Ya Allah, ampunilah orang yang hidup dari kami, orang yang hadir dari kami, orang yang tidak hadir dari kami, anak kecil dari kami, orang yang tua dari kami, laki-laki dari kami. Dan wanita dari kami. Wahai Allah, siapa yang Engkau hidupkan dari kami, hidupkanlah dia di atas Islam, dan siapa yang Engkau matikan dari kami, matikanlah dia di atas iman. Wahai Allah janganlah Engkau cegah kami dari balasannya, dan janganlah Engkau sesatkan kami sepeninggalnya. (HR. Ibnu Majah, Baihaqi; Ahkamul Janaiz: 157)
v اللّهُمَّ إِنَّ فُلَانَ ابْنَ فُلَانٍ فِى ذِمَّتِكَ, وَحَبْلِ جِوَارِكَ, فَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ, وَعَذَابِ النَّارِ, وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَمْدِ, اللّهُمَّ فَاغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.
"Ya Allah, sesungguhnya fulan anak dari fulan (disebutkan namanya) berada di bawah jaminan-Mu, juga di bawah lindungan-Mu, maka lindungilah dia dari fitnah kubur dan azab neraka. Dan Engkau Rabb yang selalu menepati janji dan berhak mendapatkan pujian. Ya Allah berikanlah ampunan kepadanya dan kasihilah dia, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah; Ahkamul Janaiz: 158).
v اللّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمَتِكَ, اِحْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ, إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِى حَسَنَاتِهِ, وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ.
"Ya Allah, inilah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan, dia membutuhkan rahmat-Mu, sedangkan Engkau tidak  membutuhkan untuk menyiksanya. Jika dia seorang yang berbuat baik, maka tambahkanlah kebaikannya. Jika dia seorang yang berbuat buruk, maka ampunilah dia. (HR. al-Hakim; Ahkamul Janaiz: 159).
Bacaan dalam shalat jenazah adalah sirr (tidak dikeraskan).
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ, وَإِنَّا إِنْشَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُوْنَ, أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.
"Semoga keselamatan atas kalian wahai penghuni kubur, dari kalangan kaum mukminin dan muslimin, dan kami insya Allah menyusul kalian, aku memohon keselamatan kepada Allah bagi kami dan kalian. (HR. Muslim).
السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ, وَيَرْحَمُ اللهُ المُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَ الْمُسْتَأْخِرِيْنَ, وَإِنَّا إِنْشَاءَ بِكُمْ لَلَاحِقُوْنَ.
"Semoga keselamatan atas kalian wahai penghuni kubur, dari kalangan kaum mukminin dan muslimin, semoga Allah merahmati yang terdahulu dari kita dan yang belakangan dan kami insya Allah menyusul kalian. (HR. Muslim).
v  Selain doa-doa di atas, masih ada doa lain yang bisa dibaca, sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.









[1] Materi ini dinukil dari VCD Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah oleh al-Markaz Production.
[2] Alumni Fak. Sastra (Sastra Arab) UGM & Alumni Fak. Ushuluddin (Tafsir-Hadis) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
[3] Sejenis cairan yang hitam warnanya, didapat dari arang batu dsb. (penukil).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar