CAPITAL EXPENDITURE ANALYSIS IN AN ISLAMIC FRAMEWORK
Oleh Muhammad Akram Khan
Penyadur: Muhammad Rais (09.235.536)
(Maaf, kalau bahasa sadurannya belum bagus karena belum diedit)
I. PENDAHULUAN
Pengeluaran atas aktiva tetap dengan pengembalian yang diharapkan tersebar di beberapa tahun disebut sebagai "Biaya Modal". Berbagai keputusan termasuk pengeluaran dilakukan oleh organisasi bisnis berdasarkan sejumlah informasi yang dapat diperoleh tentang proposal tertentu untuk investasi. Akan tetapi, sejumlah modal besar terlibat dan pengembalian direalisasikan di masa yang akan datang yang tidak pasti, sebagai dasar pertimbangan yang matang sebelum proposal diterima untuk ditindaklanjuti pelaksanaannya. Contoh-contoh keputusan tersebut sangat umum dalam beberapa organisasi besar. Misalnya, apakah sebaiknya perlu membeli mesin baru atau mesin lama cukup diperbaiki. Apakah gedung lama dijual atau membangun gedung baru. Apakah cukup pengembangan produk baru atau pengurangan produk lama kemudian dikhususkan dalam beberapa produk, dan lain sebagainya.
Pada negara maju, organisasi bisnis mengembangkan teknik canggih untuk mengevaluasi proposal investasi sebelum dilaksanakan. Para eksekutif dari berbagai organisasi besar dilengkapi dengan berbagai perangkat yang tersedia secara cepat serta dalam jumlah besar, informasi yang akurat untuk membuat keputusan setiap hari pada biaya modalnya. Ini semua menjadikan sesuatu yang harus ada agar dapat bertahan dalam kompetisi ekonomi yang membutuhkan efisiensi produksi dan minimalisasi anggaran. Teknik biaya modal menyediakan tujuan biaya untuk pengambilan keputusan yang dapat menjadikan produk bertahan di pasar. Di negara berkembang, tempat pasar penjual berlaku karena kelakuan ekonomi dan non-ekonomi, seperti analisis yang cermat dan halus tentang proposal investasi hampir tidak diusahakan. Malah sebaliknya, elit bisnis mengikuti asumsi tertentu aturan praktis untuk pengambilan keputusan investasi. Nyatanya, untuk berbagai teknik modern analisis biaya modal adalah sedikit keuntungannya. Akan tetapi, teknik ini nyatanya dipakai oleh pengambil keputusan untuk melihat kondisi masa depan yang tidak menentu dan membantu mengambil keputusan rasional.
Tema kajian analisis biaya modal dalam perspektif bebas riba meminjam dari teknik modern yang menanamkan beberapa pendiskontoan (discount rate) yang tentunya berbasis bunga. Meskipun ada teknik seperti Payback Method dan Accountants Rate of Return (ARR), akan kita lihat nantinya yang mana bebas dari bunga, berbagai keberatan diajukan untuk melawan keterbatasan penggunaan dari teknik ini. Hal ini memberikan pertanyaan yang nyata untuk pemikir muslim: metode apa yang mungkin dipakai untuk mengevaluasi proposal investasi (biaya modal), sedangkan pengambilan beberapa faktor berdasarkan analisis berorientasi bunga tertanam dan juga menghasilkan pelaksanaan berbasis bunga dalam ekonomi? Sebenarnya pertanyaan begitu jelas bahwa hal itu dibesarkan oleh seorang ekonom Turki yang, sementara menganjurkan pelarangan bunga dalam seluruh perekonomian, mengakui bahwa tidak adanya usulan lain, berbagai teknik modern tentang analisis investasi harus diterima.
II. Survey Singkat Tentang Berbagai Praktek Yang Biasa Digunakan
Paling tidak terdapat 5 metode yang paling umum digunakan:
1. Payback Method.
2. Accountants Rate of Return (ARR).
3. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFR).
4. Net Present Value Method (NPV).
5. Machinery and Allied Products Institute Method (MAPI).
1. Payback Method.
Sesuai dengan namanya, metode ini berarti dalam beberapa waktu biaya investasi sudah kembali. Pertanyaannya adalah berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk mengembalikan biaya investasi tersebut. Jawabannya adalah biasanya dalam beberapa tahun, meskipun periodenya pendek tetap diambil sebagai ukuran. Investasi yang dapat mengembalikan biaya awal dengan tercepat dianggap yang terbaik.
Metode ini sering dikritik karena 2 alasan:
1. tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Dua proposal misalnya, A dan B dengan biaya awal yang sama, yang mempunyai peringkat sama menguntungkan jika mereka membayar kembali biaya mereka dalam jumlah yang sama dalam beberapa tahun. Walaupun A mungkin membayar kembali 90% dari biaya pada tahun pertama dan B mungkin memakan waktu 3 tahun untuk membayar kembali proporsi biaya yang sama. Hal ini jelas tidak rasional. Proposal A, yang membayar kembali proporsi yang lebih besar biaya awal harus dipertimbangkan lebih baik, tetapi metode membayar kembali (payback method) tidak menjelaskan hal ini.
2. tidak mempertimbangkan hasil setelah biaya awal dikembalikan, juga tidak memberikan beban karena biaya periode berjalan. Contoh, A dan B dengan biaya awal yang sama dan periode pengembaliannya dianggap sama berguna meskipun B mungkin berhenti memberikan keuntungan setelah satu tahun pembayaran kembali dan A dapat terus menghasilkan keuntungan lebih 5 tahun yang akan datang. Karena berbagai kekurangan ini, metode ini sering dikritik. Akan tetapi, menarik untuk dicatat bahwa metode ini merupakan metode yang paling populer digunakan oleh berbagai organisasi bisnis di USA.
2. Accountants Rate of Return (ARR).
Ini merupakan sebuah ukuran yang sederhana tentang profitabilitas sebuah investasi. Hal itu menunjukkan tingkat pengembalian modal. Contoh, jika pengembalian modal 6%, ARR akan menjadi 6% dan dapat dirangking terhadap proposal lainnya untuk memutuskan profitabilitas sebuah proyek. Banyak metode untuk menghitung ARR. Banyaknya variasi dalam perhitungan tersebut karena definisi yang berbeda digunakan untuk biaya dan manfaat oleh berbagai organisasi yang berbeda. Berbagai masalah muncul seperti depresiasi (penyusutan), pajak penghasilan, pembayaran yang ditangguhkan, dividen tahunan, cadangan, biaya total dan manfaat, serta meminjamkan ruang untuk keleluasaan manajemen. Terlepas dari fakta bahwa asumsi-asumsi itu dibuat, pada dasarnya itu adalah ukuran tingkat pengembalian atas investasi. Metode ini sering dikritik karena tidak memperhatikan nilai waktu uang. Ia mengabaikan yang menguntungkan berasal sebelumnya dan yang telah tertunda selama beberapa periode. Meskipun kritik, setelah metode pengembalian, ini adalah salah satu teknik yang paling umum digunakan oleh organisasi bisnis.
3. Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFR).
Kedua metode di atas sering dikritik karena mengabaikan nilai waktu. Metode DCFR telah dirancang untuk memberikan beban saat pengeluaran dan penghasilan. Ada 3 alasan yang tepat untuk melakukannya. Pertama, rupiah hari ini lebih baik darpada rupiah setahun yang akan datang, akibat inflasi yang mengurangi daya beli uang dari waktu ke waktu. Kedua, semakin dekat tanggal pengembalian investasi, semakin kecil ketidakpastian terrealisasi, karena jarak waktu sering memerlukan ketidakpastian. Ketiga, dana yang dihasilkan oleh proyek pada tanggal yang lebih awal menjadi tersedia untuk diinvestasikan kembali. Karena alasan inilah dianggap perlu untuk memberikan bobot karena waktu pengeluaran dan pengembalian. Bobot ini disediakan oleh pendiskontoan pengembalian yang diharapkan pada modal pada tingkat bunga tertentu selama masa proyek.
Jika kita melipatgandakan Rp 100 pada kadar 6% bunga untuk 1 tahun, akan menjadi 100 (1+.06)1 = 106. Jumlah beberapa diinvestasikan selama 2 tahun sebesar 6% akan menjadi 100 (1+.06)2 = 112,36 dan untuk 3 tahun 100 (1+.06)3 = 119,10. Proses ini merupakan penggabungan dan kebalikan dari itu dikenal sebagai diskon. Dalam perdiskontoan kita bertanya berapa banyak yang harus diinvestasikan hari ini untuk mendapatkan Rp 100 pada 6% bunga setelah 1,2,3,4, tahun, dll.. Rumus tersebut adalah kebalikan untuk penggabungan,
100
untuk 1 Tahun = -------------- = 94,3
(1+.06)1
100
untuk 2 Tahun = -------------- = 89,0
(1+.06)2
100
untuk 3 Tahun = -------------- = 84,0
(1+.06)3
Hal itu berarti untuk mendapatkan Rp 100 setelah 1 tahun pada 6% suku bunga, sejumlah Rp 94,3 dapat diinvestasikan hari ini. Sama halnya kita harus berinvestasi Rp 89 hari ini untuk mendapatkan Rp 100 setelah 2 tahun pada 6% tingkat suku bunga.
Pertanyaan yang paling mendasar pada DCFR adalah apakah tingkat bunga akan menyamakan hasil dari investasi untuk pengeluaran modal? Sebagai contoh, jika sebuah proyek biayanya Rp 12.000/ hari ini dan diperkirakan bahwa lebih 5 tahun akan menghasilkan nilai tunai Rp 16.000/ didiskontokan untuk memberikan jawaban sama dengan Rp 12.000/-? Hal ini ditemukan dengan cara coba-coba. Hasil setiap tahun didiskontokan pada tingkat kemungkinan dan sejumlah yang terdapat pada kehidupan seluruh proyek. Kemudian jumlah tersebut dibandingkan dengan pengeluaran modal. Jika pengeluaran modal melebihi uang tunai yang berjalan, tingkat diskonto diturunkan dan perhitungan baru dibuat.
Metode ini juga tidak sesuai karena 2 alasan. Pertama, Perhitungan menghabiskan waktu yang rumit dan eksekutif bisnis menghindari saat-saat sulit tersebut. Kedua, telah disusun dalam perekonomian dimana modal memerlukan biaya tetap seperti tingkat suku bunga. Tanpa masuk ke dalam diskusi tentang alasan dari pelarangan bunga dalam ekonomi muslim, hal ini diakui bahwa metode tersebut tidak diterima dari sudut pandang Islam. Pada kenyataannya, satu alasan bab ini adalah sedang berusaha untuk menemukan sebuah alternatif untuk mengevaluasi proposal investasi yang mengambil nilai waktu uang menjadi pertimbangan dan tetap dalam bingkai bebas riba.
4. Metode Net Present Value (NPV).
Salah satu pendekatan untuk mengevaluasi usulan investasi adalah NPV. Pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah NPV dari investasi harus hidup dari proyek tersebut? NPV tersebut ditemukan dengan mendiskontokan pengeluaran kas dan setara kas dengan memberikan tingkat bunga tertentu selama masa proyek. Perbedaan dari nilai sekarang (nilai diskonto) dari pengeluaran kas dan penerimaan kas dikenal sebagai NPV.
Beberapa proyek dirangking menurut NPV untuk memutuskan keinginan proyek tersebut atau sebaliknya keinginan dari sebuah proposal.
Dalam metode ini tingkat diskonto adalah yang diterima oleh manajemen.
Terdapat perbedaan tipis antara DCFR dan NPV, tetapi keduanya diterima sebagai alat yang paling cocok untuk penganggaran modal. Akan tetapi, NPV juga tidak diterima dengan berbagai alasan yang tercantum dalam DCFR.
5. Machinery and Allied products Institute Method (MAPI).
Metode ini berasal dari George Terborgh, USA, 1949. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek bermodal kecil dan yang mempunyai pengeluaran besar. Sering muncul pertanyaan yang diajukan ke pihak manajemen seperti mesin sekarang atau setahun kemudian atau produk sekarang atau enam bulan dari sekarang, dll. Metode ini dengan bantuan grafik perhitungan rinci dan spesifik diciptakan untuk tujuan membagi keuntungan rata-rata dengan investasi rata-rata dan menemukan sebuah tingkat/suku yang dikenal sebagai MAPIR. Hal itu merupakan ukuran dari profitabilitas proposal tertentu.
Karena perhitungan yang rumit dan yang menjadi asal baru metode ini sangat tidak populer dan pelaksanaannya terbatas pada beberapa organisasi termasuk di Amerika Serikat. Selain itu, MAPI juga tidak mempertimbangkan nilai waktu uang.
III. Evaluasi Investasi dalam Perspektif Islam (Bebas Riba)
Tujuan penting pembahasan ini adalah alternatif untuk DCFR dan NPV. Hasil metode yang digunakan mungkin dapat digunakan dalam ekonomi Islam. Ketika ide dasar bahwa waktu mempunyai nilai dan dianggap berharga sebaiknya pemberian pada pengaturan waktu arus kas cenderung dapat diterima, padahal teknik analisa biaya modal yang menggunakan konsep biaya tetap dari modal adalah tidak Islami. Sedangkan kebutuhan muncul untuk dipikirkan formula alternatif yang mempunyai karakteristik sederhana dan rasional juga sesuai nilai uang dari waktu.
Metode yang digunakan dikenal dengan Investible Surplus Method atau ISM. Pertanyaan pentingnya adalah, Seberapa besar surplus investasi proyek yang dilaksanakan selama waktu berjalan? Jawaban dapat ditemukan dengan menghitung sejumlah tahun untuk surplus investasi (setelah balik modal) yang terus dicapai perusahaan berlipat-lipat secara kuantum, yakni sebuah peningkatan (surplus). Misal: proyek dengan waktu operasi 5 tahun pertama menghabiskan biaya Rp. 12.000,- dimana anggaran tersebut akan balik modal selama 2 tahun dan sesudahnya menghasilkan Rp. 2.000,- untuk tiap 3 tahunnya.. ISM dari perusahaan tersebut adalah (2000x2) + (2000x1) + (2000x0)=6000, mengasumsikan surplus bergerak di akhir tahun ke-3, 4, dan 5 dan terus tersedia untuk tahun ke-2, 1 dan 0.
Perbedaan tujuan investasi mungkin diposisikan dengan yang lain masih berhubungan dengan surplus investasi yang perusahaan jalankan.
Perhitungannya dengan menggunakan rumus:
|
.......... Persamaan (1)
Dimana:
ISn = Surplus investasi setelah ke-n tahun
Bt = Keuntungan (Benefit) yang diperoleh, misal kas masuk
Ct = Biaya (Cost) yang dibutuhkan, misal penganggaran kas
n = usia proyek
t = periode waktu
Bt – Ct >0 menandakan perbedaan hanya positif yang terjadi dalam keuangan,
berasumsi bahwa semua kas masuk berjalan sampai akhir periode.
Persamaannya, biaya proyek dapat diperbandingkan dengan Peningkatan Investasi (Investible Suplus) untuk menghitung Investible Suplus Rate (ISR), yakni:
|
.......... Persamaan (2)
Persamaan (1) dan (2) diatas dapat digunakan hanya ketika kas digunakan secara hati-hati dan dianggap terjadi pada permulaan sebuah periode.
IV. Pembuatan Grafik Aliran Kas
Perhitungan pada persamaan (1) dan (2) di atas dapat digambarkan dalam sebuah grafik. Perusahaan melalui pembuatan grafik aliran kas ini dapat membuat persiapan menanggulangi arus kas aktual yang bergerak semakin membesar dan tidak terkendali. Tipe grafik dapat digambarkan secara sederhana pada diagram berikut:
Garis horisontal menggambarkan waktu, sedangkan garis vertikal menggambarkan peningkatan investasi dengan mengambil biaya dari laba. Grafik (1) aliran kas merupakan sebuah grafik sederhana, dimana titik awal biaya diikuti oleh serangkaian dari laba kas dengan nilai yang semakin mendekati nol dari proyek serta tidak ada titik tengah yang terjadi berkelanjutan dan penggantian biaya.
Grafik (2) titik awal biaya diikuti oleh pengembalian periodik dan penggantian biaya dengan nilai yang semakin mendekati nol.
Grafik (3) titik investasi diikuti oleh serangkaian laba kas dengan biaya residu yang terjadi di akhir periode.
Variasi kombinasi dan permutasi (perubahan urutan atau susunan) dari grafik tersebut dapat digambarkan, tetapi grafik dasarnya dipilih hanya sesuai tujuannya.
Sebelum keputusan investasi dibuat, grafik aliran kas digambarkan secara terperinci dan analisa lebih yang bergantung pada ketelitian pada penggambaran grafik tersebut.
Sekarang kita akan menggambarkan aplikasi dari persamaan di atas. Penggambaran akan diikuti oleh grafik aliran kas yang dibahas di atas.
Contoh 1:
Sebuah investasi dengan anggaran Rp. 12.000,- akan dijalankan selama 5 tahun, dengan aliran kas: Tahun ke-1, Rp. 6.000,-; Tahun ke-2, Rp. 4.000,-; Tahun ke-3, Rp. 4.000,-; Tahun ke-4, Rp. 4.000,- ; dan Tahun ke-5, Rp. 2.000,-. Tidak ada biaya residu. Apakah investasi tersebut surplus dan mencapai ISR (Investible Surplus Rate)?
Jawab:
|
Period | Bt | Ct | (Bt – Ct = IS) | n - t | IS x (n – t) | ISn |
0 | - | 12000 | -12000 | - | - | |
1 | 6000 | - | -6000 | - | - | |
2 | 4000 | - | -2000 | - | - | |
3 | 4000 | - | +2000 | 2 | 2000 x 2 | 4000 |
4 | 4000 | - | +4000 | 1 | 4000 x 1 | 4000 |
5 | 2000 | - | +2000 | 0 | 2000 x 0 | 0 |
ISn | =8000 |
|
ISn = 8000
Ct = 12000
n – t1 = 5 – 0 = 5
Ct x (n - t1) = 12000 x 5 = 60000
ISR = (8000¸60000)x100% = 13,33%
Catatan:
- Tidak ada pembebanan yang memberikan laba kas sampai titik biaya pulih (impas), misal jika Bt – Ct < 0
- Bt – Ct memberikan sebuah efektif kumulatif sampai semua biaya pulih (impas). Sesudahnya, peningkatan bergerak tiap tahun yang terjadi dalam keuangan.
- Pembebanan diberikan oleh peningkatan investasi untuk sejumlah tahun, peningkatan sesuai dengan perusahaan untuk pengembalian investasi. Peningkatan terakhir tidak akan memberikan akibat yang didasarkan pada asumsi bahwa laba kas terjadi pada akhir periode. Dengan kata lain terjadi selama 5 tahun (n – t) = 5 – 5 = 0.
- Dengan definisi lain, biaya dianggap untuk semua 5 tahun, didasarkan pada asumsi bahwa semua biaya akan kembali pada permulaan awal sebuah periode.
Contoh 2 :
Sebuah proyek dengan waktu 10 tahun dan investasi awal Rp. 12000,- diikuti dengan penggantian Rp. 3000,- dan Rp. 4000,- pada tahun ke-5 dan ke-8 yang bergerak pada arus kas sebagai berikut:
Tahun 1 6000,- Tahun 6 5000,-
2 4000,- 7 3000,-
3 4000,- 8 2000,-
4 2000,- 9 4000,-
5 1000,- 10 2000,-
|
Jawab :
Period | Bt | Ct | (Bt – Ct = IS) | n - t | IS x (n – t) | ISn |
0 | - | 12000 | -12000 | - | - | |
1 | 6000 | - | -6000 | - | - | |
2 | 4000 | - | -2000 | - | - | |
3 | 4000 | - | +2000 | 7 | 2000x7 | 14000 |
4 | 2000 | - | 2000 | 6 | 2000x6 | 12000 |
5 | 1000 | 3000 | -2000 | 5 | 0 | |
6 | 5000 | - | 3000 | 4 | 3000x4 | 12000 |
7 | 3000 | - | 3000 | 3 | 3000x3 | 9000 |
8 | 2000 | 4000 | -2000 | 2 | 0 | |
9 | 4000 | - | 2000 | 1 | 2000x1 | 2000 |
10 | 2000 | - | 2000 | 0 | 0 | |
ISn | =49000 |
|
|
= (12000x10) + (3000x6) + (4000x3) = 150000,-
ISR = (49000¸150000)x100% = 33%
Contoh 3 :
Sebuah proyek dengan waktu 6 tahun dan biaya awal Rp. 12000,- akan dijalankan dengan aliran kas sebagai berikut:
Tahun 1 6000,- Tahun 2 4000,- Tahun 3 2000,-
Tahun 4 2000,- Tahun 5 2000,- Tahun 6 2000,-
Biaya residu Rp. 5000,-. Cari IS dan ISR!
Jawab:
Period | Bt | Ct | (Bt – Ct = IS) | n - t | IS x (n – t) | ISn |
0 | - | 12000 | -12000 | 0 | 0 | |
1 | 6000 | - | 6000 | 0 | 0 | |
2 | 4000 | - | -2000 | 0 | 0 | |
3 | 2000 | - | 2000 | 2 | 2000x2 | 4000 |
4 | 2000 | - | 2000 | 1 | 2000x1 | 2000 |
5 | 2000 | 500 | 1500 | 0 | 0 | |
ISn | =6000 |
|
ISn = 6000
Ct x(n - t1) = (12000x6) + (500x1) = 72500,-
ISR = (6000¸72500)x100% = 8%
V. Kelebihan ISM dibanding Metode lain
1. METODE OVER PAYBACK
- Metode ISM mengukur laba proyek, sedangkan Metode Payback tidak.
- Metode Payback mempunyai bias (simpangan) pada investasi jangka panjang, sedangkan ISM tidak.
- Metode Payback tidak mengambil aliran kas setelah biaya impas, sedangkan ISM mengambil semua aliran kas di atas usia proyek.
- Metode Payback mengabaikan nilai waktu uang, sedangkan ISM memberikan beban pinjaman untuk waktu penganggaran dan laba.
2. OVER ARR
Metode ARR tidak mendasarkan pada nilai waktu uang. ISM juga menjaga aspek ini.
3. OVER DCFR DAN NPV
a. Kedua metode mengandung unsur kapitalis dimana riba digunakan untuk pendiskontoan arus kas. ISM lebih relevan pada bebas riba, mengabaikan ukuran bunga.
b. ISM lebih mudah dipahami dan diterapkan dibanding kedua metode DCFR dan NPV.
4. OVER MAPI
MAPI sulit digunakan dan tidak mengambil nilai waktu uang pada proses keuangannya. ISM sederhana untuk digunakan dan memberikan beban pinjaman waktu pada aliran.
V. KESIMPULAN
Metode Investible Surplus (IS) merencanakan dengan segala kerendahan hati untuk dicoba dan dimodifikasi oleh perusahaan untuk digunakan secara bebas riba. Walaupun bukan yang terbaik serta bukan satu-satunya metode untuk mengevaluasi perencanaan investasi. Kesuksesannya, seperti metode lain, yakni meletakkan kehati-hatian dan perhatiaannya saat digunakan perusahaan. Area terluas membuat kesalahannya adalah dalam peramalan laba kas. Manajemen harus objektif dan terang-terangan ketika memetakan arus kas. Manajemen selalu mengerti bahwa ISM diterapkan dengan teknik lain membutuhkan analisis lebih, yakni Project Evaluation and Review Technique (PERT), Critical Path Method (CPM), dan lain-lain.
ISM hanya mengambil dalam laporan keuangan periode waktu untuk peningkatan investasi yang dibutuhkan. ISM, bagaimanapun, mengabaikan kemungkinan, peluang dan harapan pengembalian (merugi) dari biaya. Dalam praktek nyata beberapa pertanyaan menjadi demikian penting dan tidak akan diabaikan sebelum membuat keputusan akhir.
artikel menarik.. untuk menghemat waktu mencari irr npv dengan fleksibel cash flow bisa download software tvms 1.0 yang ada di www.amibsoft.com caranya cari gambar tvms 1.0 lalu klik gambarnya
BalasHapusartikel menarik.. untuk menghemat waktu mencari irr npv dengan fleksibel cash flow bisa download software tvms 1.0 yang ada di www.amibsoft.com caranya cari gambar tvms 1.0 lalu klik gambarnya
BalasHapusAssalamualaikum
BalasHapusMau tanya yang contoh soal 3 itu jawabannya cuma sampai tahun ke 5 atau gimana?