1. الدّين هو العقل ومن لا دين له لا عقل له
“Agama adalah akal, siapa yang tidak memiliki agama, tidak ada akal baginya.”
Hadis di atas batil. Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i dari Malik Basyir bin Ghalib. Kemudian ia berkata, “Hadis ini batil munkar.” Menurut saya (al-Albani), kelemahan hadis tersebut terletak pada seorang sanadnya yang bernama Bisyir. Dia majhul (tidak dikenal). Semua hadis yang berkaitan dengan keutamaan akal, tidak sahih, tetapi hanya berkisar antara dha’if (lemah) atau maudhu’ (palsu).
2. من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر لم يزدد من الله إلّابعدا
“Barangsiapa shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka ia tidak menambah sesuatu pun dari Allah swt. kecuali kejauhan.”
Hadis di atas batil. Dari segi sanad, telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir, al-Quda’I dalam kitab Musnad asy-Syihab II/ 43, Ibnu Hatim dalam Tafsir Ibnu katsir II/ 414 dan Kitab al-Kawakib ad-Darari I/2/83, dari sanad Laits, dari Thawus, dari Ibnu Abbas r.a. Hadis tersebut tidak sahih sampai kepada Rasulullah saw. tetapi hanya berhenti sampai kepada Ibnu Mas’ud ra. dan hanya sampai kepada Ibnu Abbas ra.
Matan hadis tersebut juga tidak sahih sebab zhahirnya mencakup siapa saja yang mendirikan shalat dengan memenuhi syarat rukunnya. Padahal, syara’ tetap menghukuminya sebagai yang benar atau sah, kendatipun pelaku shalat tersebut masih suka bermaksiat. Jadi, tidaklah benar bila dengannya (yakni shalat yang benar) justru makin menjauhkan pelakunya dari Allah swt. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak masuk akal dan tidak dibenarkan oleh syariat.
(Silsilah Hadis Dha’if dan Maudhu’, Muhammad Nashiruddin al-Albani, 1997: 35-36)
(Blimbingsari, Kamis, 10 Februari 2005; 23.08)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar